Tangkapan Kerang Berkurang Karena Laut Tercemar Limbah, Ekspor Terhenti 

Share this:
BMG
Salahseorang ibu-ibu sedang bekerja mengupas kerang.

TANJUNGPURA, BENTENGLANGKAT.com– Tangkapan kerang di Tanjungpura, Kabupaten Langkat, saat ini turun drastis. Penyebabnya, selain karena faktor cuaca juga karena faktor lingkungan air laut sudah tercemar limbah daratan perkebunan dan pabrik industri.

Dampaknya, bahan baku kerang serong untuk diproduksi menjadi kerang kupas kering juga berkurang drastis. Pasar ekspor kerang kupas kering ke Malaysia asal Tanjungpura, Langkat, pun ikut terhenti.

Hasan (64), pengelola home industri kerang kupas di Dusun IV, Desa Pekubuan, Kecamatan Tanjungpura, Langkat, Senin (9/7/2018), menuturkan, racun maupun pupuk kimia yang ditabur di lahan perkebunan, jika hujan maka mengalir ke sungai dan muaranya ke laut. Begitu juga limbah pabrik kelapa sawit yang dialirkan ke sungai semua bermuara ke laut yang membawa endapan beracun.

Kemudian faktor cuaca juga mengakibatkan menurunnya produksi kerang serong. Nelayan ketika menyelam ke dasar untuk mengais kerang, ombak besar dan hujan deras, sehingga sering kali pulang dengan hasil tidak memadai.

Untuk meneruskan usaha pengupasan kerang dan menampung kerang yang dihasilkan nelayan yang jumlahnya tidak seberapa, ia tetap menjalankan usahanya. Hanya saja, kerang yang direbus dan dikupas, saat ini tidak lagi dikeringkan, melainkan dijual basah ke Medan.

“Sekarang tidak lagi melayani pasar ekspor ke Malaysia akibat keterbatasan produksi,” kata Hasan.

Mengenai harga, lanjut Hasan, saat ini kerang kupas basah sebesar Rp35 ribu per kg, dengan pembelian kerang kulit dari nelayan Rp4 ribu per kg.

Ia menerangkan, untuk menghasilkan 2 kg kerang kupas dibutuhkan 10 kg kerang berkulit. Kemudian ongkos mengupas per kilonya Rp2 ribu, dan ditambah ongkos rebus, kayu bakar dan es batangan.

Share this: