Benteng Langkat

Menyelamatkan Warisan Tak Benda Pantun Digalakkan di Langkat

Anak-anak Babalan diperkenalkan pantun atau ujaran-ujaran kebaikan, sebagai produk kebudayaan yang diwariskan turun-temurun di Langkat.

BABALAN, BENTENGLANGKAT.com– Lingkar Nalar Boemi Poetera lewat proyek penelitian di Desa Teluk Meku, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat, tengah mengupayakan penyelamatan warisan tak benda, berupa pantun dan ujaran kebaikan, tengah dijalankan. Penelitian yang diperkirakan selesai dalam tempo sebulan ini sudah berjalan dua pekan.

“Hasil penelitian nantinya akan kita persembahkan kepada Dinas Pendidikan Langkat, dengan harapan dapat diimplementasikan di sekolah-sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,” ucap seorang mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Medan (Unimed) Alexander Chriss Ginting Munthe SPd, salah satu peneliti yang diterjunkan Lingkar Nalar Boemi Poetera, Rabu (11/7).

Mahasiswa yang akrab disapa Obom ini menyebutkan, secara keseluruhan tim peneliti berjumlah lima orang. Selain dia, turut serta Eri Vadiki SPd (mahasiswa pascasarjana Unimed), Meirna Yuswastika Rosa (mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Prancis Unimed), Martumbur Raja Klinton Hutasoit (mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Quality) dan Edika Fadel Purba, mahasiswa STOK Bina Guna.

“Kami selaku tim peneliti disupervisi oleh bang Tengku Zainuddin dan Bang Kurnia Karta Hari SH. Mereka terus memantau perkembangan dari penelitian ini,” ucap Obom.

Penelitian ini, masih kata Obom, diarahkan untuk menemukan pola yang tepat dalam memanfaatkan waktu luang anak-anak sebelum mereka memulai jam pembelajaran di sekolah. Dan, dalam proyek di Desa Teluk Meku pihaknya menjadikan rumah baca yang didirikan Lingkar Nalar Boemi Poetera sebagai sarana penunjang.

“Di rumah baca itu anak-anak kami perkenalkan dengan pantun atau ujaran-ujaran kebaikan, sebagai produk kebudayaan yang diwariskan turun-temurun di Langkat. Selepas ini, kami akan melakukan penelitian di daerah lain. Sehingga, pantun dan ujaran kebaikan yang merupakan warisan tak benda dapat dilestarikan,” pungkasnya.

Diketahui, Lingkar Nalar merupakan perkumpulan peneliti yang dilahirkan Gerakan Boemi Poetera. Gerakan Boemi Poetera sendiri, yang di Sumatera Utara (Sumut) pertama kali dicetuskan oleh Tengku Zainuddin, seorang Budayawan Melayu, merupakan gerakan pemberdayaan generasi bangsa berbasis kebudayaan.

(Baca: Penguatan SDM Hadapi Kemajuan Zaman Lewat Pekan Literasi)

Sebelum melahirkan Lingkar Nalar, Gerakan Boemi Poetera juga telah melahirkan Lingkar Baca, berupa perkumpulan yang memfokuskan diri meningkatkan kemampuan berfikir generasa lewat program-program diskusi. Produk-produk yang dihasilkan Lingkar Nalar, biasanya bahan diskusi utama bagi Lingkar Baca.

Terpisah, Tengku Zainuddin menambahkan, pantun dan ujaran kebaikan diyakini dapat meningkatkan moralitas dan kepribadian generasi bangsa. Penyelamatan terhadap warisan tak benda itu, menurutnya sebangun dengan upaya mengatasi degradasi moral generasi akibat penagaruh budaya asing.

“Pengaruh budaya asing ditambah kemajuan teknologi telah melahirkan penyimpangan budaya di negeri ini, yang dikenal dengan hate speech (ujaran kebencian). Untuk kali ini kita memang baru melaksanakan penelitiannya di Langkat. Nanti setelah penelitian Lingkar Nalar menjangkau daerah-daerah lain, kita akan sarikan sebagai persembahan bagi gubernur/wakil gubernur pilihan rakyat Sumut hasil Pilkada 27 Juni lalu,” tukas sosok yang juga menyandang predikat advokat ini.

Bila diterapkan di sela proses belajar-mengajar di sekolah-sekolah, nilai-nilai moral yang terkandung dalam pantun dan ujaran kebaikan menurutnya akan lebih mudah tertanam di benak peserta didik. Dan, ini jauh lebih efektif dibanding hal-hal bersifat penindakan.

Sementara itu upaya penyelamatan terhadap pantun dan ujaran kebaikan saat ini juga tengah dilakukan Dinas Kebudayaan Kota Medan dengan menyelenggarakan lomba pantun. Upaya penyelamatan ini juga didasari hipotesa akan pentingnya melestarikan warisan tak benda tersebut.