BAHOROK, BENTENGLANGKAT.com– Petugas Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser menemukan anak orangutan sumatera yang mati di kawasan wisata Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Kabid Teknis Konservasi Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) Adi Nurul Hadi menyebutkan, orangutan sumatera itu ditemukan mati pada 30 Juni 2018, oleh salah seorang pemandu wisata di Bukit Lawang.
“Anak orangutan yang mati tersebut diperkirakan berusia tiga tahun dan kondisinya sedang diseret-seret oleh induknya ketika ditemukan,” ucap Adi, Rabu (11/7).
Setelah melihat anak orangutan yang mati tersebut, pemandu wisata itu langsung melaporkan ke petugas Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) wilayah 5 Bahorok. Penemuan anak orangutan yang mati tersebut juga dikoordinasikan dengan sejumlah mitra, diantaranya Yayasan Orangutan Sumatra Lestari-Orangutan Information Center (YOSL-OIC).
Kemudian pada 1 Juli, jasad anak orangutan itu dapat diamankan dari induknya tanpa dibius dan segera dibawa ke kantor dan diotopsi tim dokter hewan. Proses otopsi tersebut dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian anak orangutan itu, termasuk kemungkinan untuk mengindentifikasi kemungkinan adanya virus atau penyakit yang dapat membahayakan orangutan lain.
“Secara umum, tidak ditemukan adanya peluru, tapi ada sedikit lembam (pada jasad anak orangutan itu),” ucapnya.
Adi mengingatkan wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata Bukit Lawang di Kabupaten Langkat untuk mengurangi interaksi dengan orangutan. Pengurangan interaksi tersebut dimaksudkan untuk menjaga kesehatan dan kelestarian.
“Interaksi yang terlalu banyak dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap hewan yang dilindungi tersebut,” ujarnya.
Selain interaksi, wisatawan juga diharapkan tidak memberikan makanan bagi orangutan untuk mengurangi ketergantungan hewan tersebut dalam mendapatkan makanan. Selain itu, kemungkinan makanan yang diberikan wisatawan tersebut tidak sesuai bagi kesehatan orangutan.
Di Bukit Lawang, sambung Adi, terdapat dua kelompok orangutan yakni kelompok liar yang lahir dan besar di hutan, serta kelompok rehabilitasi yang dirawat BBTNGL. Setelah selesai rehabilitasi, instansi yang dibawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tersebut tidak lagi menyuplai makanan bagi orangutan di kawasan Bukit Lawang dan menerapkan program agar hewan itu membiasakan diri hidup mandiri dalam hutan.
Karena itu, pihaknya mengingatkan wisatawan untuk mengurangi interaksi dengan orangutan untuk mendukung pelestarian hewan tersebut.
Kepala SPTN Wilayah 5 Bahorok Palber Turnip mengatakan pihaknya masih melakukan penelitian mengenai penyebab kematian anak orangutan tersebut. “Kalau ditemukan ada gejala lain yang mengkhawatirkan, kami menyarankan agar BBTNGL melakukan ‘assessment’,” tandasnya.