Kisah Anak Keluarga Miskin, Suku Pedalaman Dilantik di Istana, Ada Juga dari Langkat 

Share this:
BMG
Acara pelantikan lulusan akmil dan akpol oleh Presiden RI Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (19/7/2018).

JAKARTA, BENTENGLANGKAT.com– Acara pelantikan lulusan akademi atau Prasetya Perwira (Praspa) TNI dan Polri, di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (19/7/2018), memberi kesan mendalam terhadap sejumlah Taruna dan Taruni yang berasal dari keluarga pra sejahtera dan suku pedalaman. Mereka bisa menjadi calon Perwira tanpa bermodal biaya ataupun sogokan.

Letda Nanda Arwin, lulusan Akmil asal Langkat, Sumatera Utara, mengaku tak pernah terlintas di benaknya bisa masuk sekolah Perwira Akmil Magelang. Ia selama ini beranggapan Akmil hanya untuk anak-anak dari keluarga mampu.
“Melihat orang tua saya hanya sebagai petani dan memang segi ekonominya lemah, saya berusaha mencari sekolah gratis,” ucap sulung dari 3 saudara ini.

Awalnya, Nanda mendaftar masuk ke Akademi Militer namun gagal seleksi. Selanjutnya, mendaftar masuk Sekolah Calon Bintara (Secaba), tapi gagal juga. Berbekal kemauan dan semangat yang pantang menyerah, dia kembali lagi mendaftar masuk Akmil dan hasilnya pada kesempatan kedua ini lolos tanpa dikenakan biaya sama sekali.

Nanda mengungkapkan, berbekal tekad dan kemauan, dia selalu menanamkan dalam diri untuk bisa menjadi contoh bagi adik-adiknya, dan orang tua menjadi motivasi terbaik dalam dirinya.

“Syukur Alhamdulillah, bangganya luar biasa dan orang tua baru pertama kali menginjak di Istana Negara,” ujarnya.

Cerita senada juga disampaikan Letda Moch Alpian Pribadi yang berasal dari suku Bima. Dirinya bisa berhasil masuk Akmil berbekal kemauan dan kerja keras serta dukungan dan doa dari orang tua, karena pada dasarnya keberhasilan seorang anak terletak pada doa orang tua.

Dirinya juga menceritakan untuk menjadi seorang Perwira lulusan Akmil membutuhkan kemauan dan kerja keras serta semangat pantang menyerah, apalagi pada seleksi tahun pertama belum berhasil lulus. “Saya mengevaluasi diri dan belajar dari kegagalan, dan pada seleksi tahun kedua lah maka berhasil lulus.

Menurut Alpiah, sapaan akrabnya, dia termotivasi untuk berjuang bercermin dari perjuangan seorang ibu mendidik dan menyekolahkannya menjadi sumber inspirasi. Apalagi ayahnya sudah meninggal pada tahun 2007.

Ibunya berjuang mencari nafkah untuk menyekolahkan dirinya bersama adik-adiknya.

Share this: